Usaha Di Jakarta

Usaha Di Jakarta. Jakarta adalah magnet yang menarik setiap warga negara indonesia untuk datang. Di samping Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia namun Jakarta yang megah menjanjikan kesuksesan secara finansial. Ya begitulah setidaknya pikiran banyak orang namun bagi yang tidak bisa hidup di Jakarta, Jakarta akan menjanjikan kemiskinan, dan daripada miskin di Jakarta karena tidak mempunyai kerja dan usaha di Jakarta lebih baik pulang kampung saja, karena semiskin-miskinnya di kampung masih bisa makan.
usaha dijakarta, tukang bakso,
usaha di jakarta


Hidup di Jakarta tidak mudah. Kalau tidak mempunyai pekerjaan yang tetap harus mempunyai usaha di Jakarta. Kalau tidak mempunyai usaha di Jakarta maka hidup akan sudah karena di Jakarta semua pakai uang. Bahkan berakpun harus pakai uang tidak diseperti di kampung dimana kencing dan berang masih gratis, tinggal pergi saja ke kali.

Usaha di Jakartapun tidak mudah, banyak saingannya dan banyak pungutan ini dan itu. Di Jakarta tidak seperti di kampung, kita istirahat di depan rumah orang atau didepan toko orang bisa saja di curigai apalagi untuk usaha. Disamping susah mencari tempat usaha di Jakarta kalau adapun biasanya tidak gratis atau harus ada uang pajak atau pungutan liarnya. Contoh gampang, kalau mau buka lapak jualan kaki lima biasanya akan ditarik uang jago atau uang keamanan, uang kebersihan, uang ketertiban dan lain-lain.

Tarikan atau pungutan-pungutan tersebut biasa dilakukan oleh aparat keamanan, preman atau organisasi preman yang terorganisir. Di Jakarta ada beberapa organisasi preman yang teroganisir yang bertujuan menguasai lahan parkir, lahan kaki lima, atau keamanan daerah tertentu dan kalau ada orang tidak membayar uang upeti sudah tentu akan tidak aman atau dibikin tidak aman. Aparat keamanan bisa dari pemilik daerah tersebut ataupun aparat pemerintah yang meminta jatah atau oknum.

Contoh gampang di jalan Tipar Cakung, parkir gerobak di depan kuburan saja dan berjualan VCD bajakan dikenai biaya 500 ribu perbulan di tahun 2013, dan selanjutnya pasti terus naik. 

Contoh lagi jualan di belakang Blok B tanah Abang, misalkan tukang bakso, untuk mendapatkan tempat menambatkan peralatan jualan bakso yang dipikul pertama akan dikenakan uang lapak sebear 5 juta, setelah itu ada uang harian, uang mingguan, uang bulanan bahkan uang tahunan.

Pihak keamanan setiap hari meminta jatah, semua pihak keamanan setiap harinya selalu meminta uang jatah atau uang rokoklah.Dan itu tentu diminta juga uang kebersihan, adalagi uang mingguan dan uang bulanan.

Menjelang ramadhan kebutuhan uang semakin banyak karena setiap pihak keamanan meminta uang THR dan habis lebaran ada "pemutihan". Pemutihan ini artinya membeli lagi lapak yang sedang ia pakai. Kalau tidak mau membayar pasti akan dijual oleh pihak kemanan pada pihak lain. Menjelang lebaran orang-orang yang memiliki lapak jad harus jualan untuk memenuhi target uang harian, uang bulanan, THR dan uang pemutihan.

Itulah salah satu contoh usaha di jakarta. Susah. Untuk orang kecil sangat susah. Ya namanya orang kecil kepengin usaha ya harus begitu, jadi lahan sapi perah oleh pihak keamanan.

Ini tidak beda jauh dengan di Monas dimana para pedagang kaki lima dikenai pungutan liar ini dan itu bila ingin tetap jualan di area monas. Di tempat lain di jakarta, kasus seperti ini banyak juga.

Kasus seperti ini juga ada di Bandung. Lima belas tahun yang lalu saya pernah berjualan di Jalan Jenderal Sudirman dan banyak juga pungutan-pungutan terutama dari para preman.Jakrta memang terlihat sangat menjanjikan namun sebaiknya pikir-pikir lagi bila mau usaha di Jakarta.





No comments:

Post a Comment